Friday, July 19, 2019

KASIH IBU TAK BERBATAS

KASIH IBU TAK BERBATAS

Ungkapan tersebut menggambarkan ketegaran seorang ibu bernama ibu Tukinem (73 tahun), warga desa Mojopurno, RT : 01 RW : 03, Kecamatan Ngariboyo. Di usia senjanya, ibu Tukinem dengan sabar dan penuh kasih sayang merawat anak pertamanya Slamet Riadi (36 tahun) yang tergolek di tempat tidur. Slamet mengalami kelumpuhan separuh anggota badannya, sehingga bagian tubuh dari perut ke bawah tak bisa digerakkan. Selama lebih dari 10 tahun ibu Tukinem dengan kasih sayang merawat putranya sendiri, karena suaminya (Kaslan) telah berpulang 21 tahun yang lalu.

Slamet pada mulanya adalah pemuda yang normal. Kesehariannya dia berjualan dompet, ikat pinggang dan berbagai aksesoris di beberapa pasar di Magetan seperti pasar Sayur Magetan, pasar Plaosan, pasar Kawedanan dan pasar Parang. Bahkan kadang ia berjualan sampai ke pasar Ngrambe, Ngawi dan pasar Legi (pasar Songgolangit sekarang) Ponorogo. Dari pernikahannya dengan Lilis, Slamet memiliki seorang putra berusia 10 tahun. Namun karena kecelakaan sepeda motor, Slamet mengalami kelumpuhan di sebagian anggota tubuhnya hingga saat ini. Keluarga telah berupaya agar Slamet mendapatkan pengobatan terbaik, namun tak kunjung membuat Slamet sembuh. Karena kondisi itu pula, Slamet akhirnya berpisah dengan istrinya.

Gurat wajah yang menua tak lantas membuat ibu Tukinem berpasrah diri. Sembari merawat Slamet, ibu dari tiga orang anak ( Slamet, Siti dan Sari ) tersebut berjuang keras untuk mencari nafkah keluarga. Dengan telaten tangan renta ibu Tukinem membungkus krupuk kemudian diikat dengan tali rafia, kemudian ia titipkan ke tetangga untuk dijual di pasar Sayur. Dari situlah asap dapurnya bisa terus mengepul.

Sebuah jawaban yang menguras tangis haru saat ibu Tukinem ditanya apa yang membuatnya tegar. " Kalo tidak saya, siapa yang akan merawat Slamet. Jadi saya harus kuat. Yang saya pikirkan cuma satu, kalo saya sudah tiada nanti siapa yang akan merawat Slamet ", tutur ibu Tukinem dengan berkaca-kaca.

Ibu Tukinem, beratnya cobaan hidup yang engkau jalani namun engkau masih bisa tersenyum. Engkau yakin bahwa Tuhan akan selalu sayang pada hambanya. Ibu Tukinem, kasihmu tak berbatas. Hidup memang sebuah Misteri, tidak satupun yang akan tahu apa yang akan terjadi, hanya dengan empatilah kita bisa berbagi kebahagian dengan mereka yang menjalani beban hidup yang terasa terasa berat karena misteri kehidupan ini. (Humasprotokol)

No comments:

Post a Comment